Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Akhlak
Tasawuf
Dosen Pengampu : DR. H. Abdul Mustaqim, M.A
OLEH :
1.
Rustam Nawawi
2.
Mu’allimah
Arif
3.
Lina
Fitriani
JURUSAN
PAI DAN TH
SEKOLAH
TINGGI ILMU AL-QUR’AN
( STIQ
) AN-NUR
YOGYAKARTA
2008
BAB
I
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pancaran cahaya dalam sukma
dan sanubari setiap insan sehingga senantiasa terjaga dari segala hal yang
tidak di ridloi-Nya, berikut shalawat serta salam semogalah terlimpah curahkan
kepada junjungan umat manusia Nabi Muhammad saw. Beliau-lah sang Revolusiner sejati, perantara
Allah untuk tunjukkan ke jalan yang benar.
Telah disabdakan oleh Rasulullah saw., bahwa :
”Setiap Bani Adam pasti pernah berbuat
salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah (dosa) adalah mereka yang bertobat”.
Tidakkah kita demikian???
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian tobat
Tobat
adalah tekad dan usaha untuk meninggalkan suatu kesalahan (dosa) yang telah
diperbuat disertai penyesalan.
Tobat merupakan hal yang
sangat urgen sehingga ia merupakan derajat yang pertama, pertengahan sekaligus
terakhir bagi seorang salik, karena dalam setiap perpindahannya dari
satu derajat ke derajat yang lain, tobat selalu menyertainya.
Seseorang akan mengalami muhasabah
sebelum bertobat sehingga menghasilkan inabah, artinya sseorang akan
menginstropeksi dirinya akan hal-hal dan kesalahan-kesalahan yang pernah
dilakukannya, kemudian meminta maaf kepada Sang Khalik atas segala dosanya dan bertekad
disertai usaha untuk meninggalkan dosa tersebut dan berjanji tidak
mengulanginya, sehingga dia kembali kepada Tuhannya dalam keadaan yang suci.
B. Tobat
dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Banyak sekali ayat dan Sunnah Nabi yang menyebutkan dan membahas tentang tobat
diantaranya :
“dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung” (Qs. An-Nur : 31)
”Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada
Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian),” (Qs. Hud : 3)
”Setiap Bani Adam pasti pernah berbuat
salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah (dosa) adalah mereka yang bertobat”.(HR. Ahmad dan al-Hakim)
”Sesungguhnya Allah menerima tobat seorang
hamba selama dia belum sekarat” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
C. Hakikat tobat dan syarat-syaratnya
Orang yang bertobat adalah
orang yang sadar dan tahu kesalahannya dan menyesalinya untuk bisa kembali pada
jalan pilihan Tuhan. Dia bertekad dan berusaha meninggalkan hal yang tercela
menuju hal yang terpuji dan meninggalkan maksiat dan melaksanakan perintah-Nya,
semua itu didasari dan disertai dengan niat, tekad dan usaha.
Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam
kitabnya At-Taubah wa al-Inabah mengatakan ”Seseorang dikatakan bertobat
bukan hanya dengan meninggalkan maksiat, menyesalinya, lalu berkemauan kuat
untuk tidak mengulangi lagi, melainkan dia harus memiliki kehendak kuat untuk
melaksanakan perintah Allah”.
Dari penjabaran hakikat tobat
di atas, maka terlihatlah syarat-syarat tobat yang harus dipenuhi. Ulama
sedikit berbeda dalam menjabarkan syarat-syarat tobat walaupun pada hakikatnya
mereka tidak berbeda dalam 3 (tiga) hal tentang syarat tobat yaitu : menyesal,
memohon ampun, dan meninggalkan dosa.
Berikut poin-poin
penjabaran Dr. Abdul Mustaqim, MA, tentang syarat-syarat tobat ;
- Adanya penyesalan (An-Nadamah) dalam hati atas dosa yang dilakukan.
- Berjanji dalam hati untuk tidak mengulangi lagi.
- Memperbanyak membaca istighfar (Astaghfirullah al-Adzim) sebagai bentuk permohonan kepada Allah.
- Berusaha menghindari atau meninggalkan lingkungan yang dapat memicu dan memacu berbuat maksiat dan dosa.
- Jika perbuatan dosa yang kita lakukan berkaitan dengan hak milik orang lain, maka wajib memohon kehalalan atau mengembalikannya kepada orang lain yang bersangkutan.[1]
D. Tingkatan
tobat
Ada
beberapa tingkatan orang yang bertobat :
1.
An-Nafsu Al-Muthmainnah, yaitu orang yang
bertaubat dengan terus menerus hingga akhir hayatnya, dan jiwa telah sampai
pada jiwa yang tenang.
2.
An-Nafsu Al-Lawwamah, yaitu orang yang bertobat
tapi tidak bisa istiqamah, ia hanya bertahan beberapa saat, ketika melakukan
dosa, ada perasaan menyesal dan ingin menghentikannya.
3.
An-Nafsu Al-Amarah, yaitu orang yang bertobat,
tetapi kemudian ia kembali melakukan dosa dan tenggelam di dalamnya tanpa ada
hasrat ingin bertobat atau menyesali dosa yang selam ini dilakukannya.[2]
E. Tobat Nashuha
Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan
taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai, " (Qs. At-Tahrim ; 8)
Makna kata yang terdiri dari huruf nun, shad, dan haa,
ini berarti “bersih dari pemalsuan dan campuran luar”, jadi Nashuha
dalam tobat bermakna “membersihkannya dari segala pemalsuan, kekuarangan, dan
kerusakan, serta menjalankannya sesempurna mungkin”.
Para ulama salaf berselisih
pendapat tentang tobat nashuha ini, namun semuanya berpangkal pada satu
hal.
Umar ibnu Khattab dan Ubay bin
Ka’ab berkata ”Taubat Nashuha adalah seorang hamba bertobat dari maksiat dan
tidak kembali mengulanginya seperti air susu yang tidak pada teteknya”
Al-Hasan Al-Bishri berkata
”Tobat Nashuha adalah si hamba menyesali dosanya yang silam dengan
menanam kehendak kuat untuk tidak mengulangi lagi.
Menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah tobat Nashuha
mengandung 3 (tiga) unsur :
- Bertobat dari seluruh dosa.
- Menanamkan kemauan yang tulus dan total untuk tobat, tidak ada keraguan, kebimbangan dan menunggu pada dirinya.
- Membersihkannya dari kotoran, dan campuran yang mengurangi kemurniannya, sehingga tobat itu hanya dilakukan karena takut kepada Allah, ingin mendapat karunia dan pahala dari sisi-Nya dan khawatir mendapat azab-Nya.[3]
Tidak diragukan lagi bahwa tobat Nashuha
adalah tobat yang paling sempurna.
F. Dosa yang
tidak dapat di tobati
Orang-orang berbeda pendapat, apakah di antara dosa-dosa yang tidak
diterima tobat darinya?
Jumhur mengatakan bahwa tobat itu berlaku pada segala dosa, setiap dosa
bisa di tobati dan tobat itu akan diterima.
Jumhur
berargumen dengan firman Allah :
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa[1314] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Qs. Az-Zumar : 53)
Ini adalah bagi
orang yang bertobat, juga berargumen dengan firman-Nya :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya..” (Qs. An-Nisa : 48)
Ini berkaitan
dengan selain orang yang betobat, sebab di sini Allah membedakan dosa syirik
dengan dosa lain serta mengaitkan ampunan dengan kehendak-Nya.[4]
G. Urgensi
bertobat
- Supaya dapat menghasilkan taufiq (pertolongan) untuk taat sebab dosa itu menghalangi untuk berbuat taat dan menyebabkan hilangnya ketauhidan.
- Supaya amal ibadah diterima di sisi Allah Karen tobat merupakan pokok dan dasar diterimanya ibadah.[5]
BAB
III
KESIMPULAN
DAN PENUTUP
- Kesimpulan
- Tobat adalah tekad dan usaha untuk meninggalkan suatu kesalahan / dosa yang disertai penyesalan dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi.
- Syarat tobat :
- Penyesalan
- Memperbanyak bacaan Istighfar
- Berusaha menghindari dan meninggalkna perbuatan maksiat
- Meminta kehalalan dan mengembalikannya jika dosa tersebut menyangkut hak orang lain
- tingkatan orang yang bertobat
- An-Nafsu Al-Muthmainnah
- An-Nafsu Al-Lawwamah
- An-Nafsu Al-Amarah
- Jumhur ulama semua dosa bisa dimintai tobat
- Urgensi tobat
- Untuk menghasilkan Taufiq (pertolongan)
- Untuk diterimanya ibadah
- Penutup
Al-hamdulillah
atas limpahan rahmat yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini, walaupun kami yakin masih banyak terdapat kesalahan di dalamnya. Oleh
karenanya, dengan segala harap dan kerendahan hati kami mohon maaf dan kami
juga terbuka untuk semua kritik dan saran dari rekan-rekan yang membangun. Kiranya
cukup sekian, wallahu a’lam.
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Ghazaly, Al-Imam, Minhajul Abidin,
Majlis ta’lim Al-Ihya’ : Bogor, tt
- Al-Jauziyah, Ibnul Qoyyim, Tobat kembali
kepada Allah, Gema Insani ; Depok, 2006
- Mustaqim, Abdul, Akhlaq Tasawuf, Kreasi
Wacana; Yogyakarta, 2007
[1] Abdul
Mustaqim, Akhlaq Tasawuf, (Yogyakarta :
Kreasi Wacana, 2007) hlm. 62
[2] Ibid.
hlm. 65
[3] Ibnul
Qayyim Al-Jauziyah, Tobat Kembali kepada Allah, (Depok : Gema Insani,
2006) hlm. 213
[4] Ibid…hlm
: 324
[5] Al-Imam
Al-Ghazali, terj. Minhajul Abidin, (Bogor : Majlis Ta’lim Al-Ihya’, tt) hlm 48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar