"Jangan Hanya Copy Paste" "Pelajari dan Pahami""Agar Ilmu dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain" "Makalah&Materi yang ada disini cuma untuk referensi saja" "Selamat Belajar"

Sabtu, 06 Oktober 2012

T O B A T



Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu : DR. H. Abdul Mustaqim, M.A





 





OLEH :

1.      Rustam Nawawi
2.      Mu’allimah Arif
3.      Lina Fitriani




JURUSAN PAI DAN TH
SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN
( STIQ ) AN-NUR
YOGYAKARTA
2008








BAB I
PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pancaran cahaya dalam sukma dan sanubari setiap insan sehingga senantiasa terjaga dari segala hal yang tidak di ridloi-Nya, berikut shalawat serta salam semogalah terlimpah curahkan kepada junjungan umat manusia Nabi Muhammad saw. Beliau-lah sang Revolusiner sejati, perantara Allah untuk tunjukkan ke jalan yang benar.
Telah disabdakan oleh Rasulullah saw., bahwa :


”Setiap Bani Adam pasti pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah (dosa) adalah mereka yang bertobat”.

Tidakkah kita demikian???


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian tobat
            Tobat adalah tekad dan usaha untuk meninggalkan suatu kesalahan (dosa) yang telah diperbuat disertai penyesalan.
Tobat merupakan hal yang sangat urgen sehingga ia merupakan derajat yang pertama, pertengahan sekaligus terakhir bagi seorang salik, karena dalam setiap perpindahannya dari satu derajat ke derajat yang lain, tobat selalu menyertainya.
Seseorang akan mengalami muhasabah sebelum bertobat sehingga menghasilkan inabah, artinya sseorang akan menginstropeksi dirinya akan hal-hal dan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya, kemudian meminta maaf kepada Sang Khalik atas segala dosanya dan bertekad disertai usaha untuk meninggalkan dosa tersebut dan berjanji tidak mengulanginya, sehingga dia kembali kepada Tuhannya dalam keadaan yang suci.

B. Tobat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Banyak sekali ayat dan Sunnah Nabi yang menyebutkan dan membahas tentang tobat diantaranya :


“dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (Qs. An-Nur : 31)

”Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian),” (Qs. Hud : 3)



”Setiap Bani Adam pasti pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah (dosa) adalah mereka yang bertobat”.(HR. Ahmad dan al-Hakim)


”Sesungguhnya Allah menerima tobat seorang hamba selama dia belum sekarat” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

C. Hakikat tobat dan syarat-syaratnya
Orang yang bertobat adalah orang yang sadar dan tahu kesalahannya dan menyesalinya untuk bisa kembali pada jalan pilihan Tuhan. Dia bertekad dan berusaha meninggalkan hal yang tercela menuju hal yang terpuji dan meninggalkan maksiat dan melaksanakan perintah-Nya, semua itu didasari dan disertai dengan niat, tekad dan usaha.
Ibnul Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya At-Taubah wa al-Inabah mengatakan ”Seseorang dikatakan bertobat bukan hanya dengan meninggalkan maksiat, menyesalinya, lalu berkemauan kuat untuk tidak mengulangi lagi, melainkan dia harus memiliki kehendak kuat untuk melaksanakan perintah Allah”.
Dari penjabaran hakikat tobat di atas, maka terlihatlah syarat-syarat tobat yang harus dipenuhi. Ulama sedikit berbeda dalam menjabarkan syarat-syarat tobat walaupun pada hakikatnya mereka tidak berbeda dalam 3 (tiga) hal tentang syarat tobat yaitu : menyesal, memohon ampun, dan meninggalkan dosa.
Berikut poin-poin penjabaran Dr. Abdul Mustaqim, MA, tentang syarat-syarat tobat ;
  1. Adanya penyesalan (An-Nadamah) dalam hati atas dosa yang dilakukan.
  2. Berjanji dalam hati untuk tidak mengulangi lagi.
  3. Memperbanyak membaca istighfar (Astaghfirullah al-Adzim) sebagai bentuk permohonan kepada Allah.
  4. Berusaha menghindari atau meninggalkan lingkungan yang dapat memicu dan memacu berbuat maksiat dan dosa.
  5. Jika perbuatan dosa yang kita lakukan berkaitan dengan hak milik orang lain, maka wajib memohon kehalalan atau mengembalikannya kepada orang lain yang bersangkutan.[1]
D. Tingkatan tobat
Ada beberapa tingkatan orang yang bertobat :
1.      An-Nafsu Al-Muthmainnah, yaitu orang yang bertaubat dengan terus menerus hingga akhir hayatnya, dan jiwa telah sampai pada jiwa yang tenang.
2.      An-Nafsu Al-Lawwamah, yaitu orang yang bertobat tapi tidak bisa istiqamah, ia hanya bertahan beberapa saat, ketika melakukan dosa, ada perasaan menyesal dan ingin menghentikannya.
3.      An-Nafsu Al-Amarah, yaitu orang yang bertobat, tetapi kemudian ia kembali melakukan dosa dan tenggelam di dalamnya tanpa ada hasrat ingin bertobat atau menyesali dosa yang selam ini dilakukannya.[2]

E. Tobat Nashuha
Allah berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, " (Qs. At-Tahrim ; 8)
Makna kata yang terdiri dari huruf nun, shad, dan haa, ini berarti “bersih dari pemalsuan dan campuran luar”, jadi Nashuha dalam tobat bermakna “membersihkannya dari segala pemalsuan, kekuarangan, dan kerusakan, serta menjalankannya sesempurna mungkin”.
Para ulama salaf berselisih pendapat tentang tobat nashuha ini, namun semuanya berpangkal pada satu hal.
Umar ibnu Khattab dan Ubay bin Ka’ab berkata ”Taubat Nashuha adalah seorang hamba bertobat dari maksiat dan tidak kembali mengulanginya seperti air susu yang tidak pada teteknya”
Al-Hasan Al-Bishri berkata ”Tobat Nashuha adalah si hamba menyesali dosanya yang silam dengan menanam kehendak kuat untuk tidak mengulangi lagi.
Menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyah tobat Nashuha mengandung 3 (tiga) unsur :
  1. Bertobat dari seluruh dosa.
  2. Menanamkan kemauan yang tulus dan total untuk tobat, tidak ada keraguan, kebimbangan dan menunggu pada dirinya.
  3. Membersihkannya dari kotoran, dan campuran yang mengurangi kemurniannya, sehingga tobat itu hanya dilakukan karena takut kepada Allah, ingin mendapat karunia dan pahala dari sisi-Nya dan khawatir mendapat azab-Nya.[3]
Tidak diragukan lagi bahwa tobat Nashuha adalah tobat yang paling sempurna.

F. Dosa yang tidak dapat di tobati
Orang-orang berbeda pendapat, apakah di antara dosa-dosa yang tidak diterima tobat darinya?
Jumhur mengatakan bahwa tobat itu berlaku pada segala dosa, setiap dosa bisa di tobati dan tobat itu akan diterima.
Jumhur berargumen dengan firman Allah :

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa[1314] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Qs. Az-Zumar : 53)
Ini adalah bagi orang yang bertobat, juga berargumen dengan firman-Nya :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya..” (Qs. An-Nisa : 48)
Ini berkaitan dengan selain orang yang betobat, sebab di sini Allah membedakan dosa syirik dengan dosa lain serta mengaitkan ampunan dengan kehendak-Nya.[4]

G. Urgensi bertobat
  1. Supaya dapat menghasilkan taufiq (pertolongan) untuk taat sebab dosa itu menghalangi untuk berbuat taat dan menyebabkan hilangnya ketauhidan.
  2. Supaya amal ibadah diterima di sisi Allah Karen tobat merupakan pokok dan dasar diterimanya ibadah.[5]
























BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP

  1. Kesimpulan
  1. Tobat adalah tekad dan usaha untuk meninggalkan suatu kesalahan / dosa yang disertai penyesalan dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi.
  2. Syarat tobat :
    1. Penyesalan
    2. Memperbanyak bacaan Istighfar
    3. Berusaha menghindari dan meninggalkna perbuatan maksiat
    4. Meminta kehalalan dan mengembalikannya jika dosa tersebut menyangkut hak orang lain
  3. tingkatan orang yang bertobat
    1. An-Nafsu Al-Muthmainnah
    2. An-Nafsu Al-Lawwamah
    3. An-Nafsu Al-Amarah
  4. Jumhur ulama semua dosa bisa dimintai tobat
  5. Urgensi tobat
    1. Untuk menghasilkan Taufiq (pertolongan)
    2. Untuk diterimanya ibadah

  1. Penutup
Al-hamdulillah atas limpahan rahmat yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun kami yakin masih banyak terdapat kesalahan di dalamnya. Oleh karenanya, dengan segala harap dan kerendahan hati kami mohon maaf dan kami juga terbuka untuk semua kritik dan saran dari rekan-rekan yang membangun. Kiranya cukup sekian, wallahu a’lam.






DAFTAR PUSTAKA

- Al-Ghazaly, Al-Imam, Minhajul Abidin, Majlis ta’lim Al-Ihya’ : Bogor, tt

- Al-Jauziyah, Ibnul Qoyyim, Tobat kembali kepada Allah, Gema Insani ; Depok, 2006

- Mustaqim, Abdul, Akhlaq Tasawuf, Kreasi Wacana; Yogyakarta, 2007


[1] Abdul Mustaqim, Akhlaq Tasawuf, (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2007) hlm. 62
[2] Ibid. hlm. 65
[3] Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Tobat Kembali kepada Allah, (Depok : Gema Insani, 2006) hlm. 213
[4] Ibid…hlm : 324
[5] Al-Imam Al-Ghazali, terj. Minhajul Abidin, (Bogor : Majlis Ta’lim Al-Ihya’, tt) hlm 48

Tidak ada komentar:

Posting Komentar